
Salah satu aspek kehidupan yang penting banget untuk diajarkan kepada anak adalah membuat mereka merasa cukup, pada apa yang sudah mereka miliki, sehingga tidak menginginkan milik orang lain, terlebih lagi mencegah sifat rakus pada anak. Ladies or parents to be, dengan perasaan cukup, kita akan lebih mudah menjalani hidup serta jauh dari perasaan iri. Gimana sih cara mengajarkan anak untuk merasa cukup? Ada sedikit tips yang MinBHI mau share di bawah!
1. Ajarkan anak untuk selalu mengucap terima kasih
Three magic words yang penting untuk selalu diucapkan: Tolong, maaf, dan terima kasih. Dengan mengucapkan terima kasih, kita mengajarkan anak untuk memiliki rasa respek akan orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya respek, tapi juga menanamkan rasa tahu diri, serta tidak berlebihan.
2. Menekankan ke proses daripada hasil
Semua orang pasti punya keinginan, Beautyhaul Squad. Untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tentunya ada sebuah proses. Tidak terkecuali kepada anak-anak. Nah, kadang sebagai orang tua, suka ada perasaan kasihan kalau anak gak dapetin apa yang mereka inginkan. Sehingga ada yang suka main kasih saja.
Padahal tujuan dari mendapatkan sesuatu adalah mengajarkan mereka prosesnya. Bahwa untuk mendapatkan sesuatu, kita perlu berproses dan berusaha. Dengan begitu, anak belajar untuk berpikir tentang cara melakukannya, serta menanamkan jiwa kompetitif!
3. Ajarkan untuk mau berbagi
Sharing is caring! Anak harus diberi tahu bahwa di dunia ini hidup akan terus berputar. Kadang kita bisa di atas, kadang kita juga bisa di bawah. Di luar sana, ada banyak orang yang hidupnya berbanding terbalik dengan kita. Mereka perlu tahu bahwa hidup yang dijalani merupakan blessings dari Tuhan, sehingga salah satu cara untuk bersyukur akan pemberian Tuhan adalah dengan berbagi ke sekitar.
Dengan mau berbagi, anak juga diajarkan untuk merasa cukup akan apa yang mereka punya, serta tidak merasa entitled akan status maupun barang yang sifatnya duniawi.
4. Jangan selalu bilang ‘Iya’ ke anak
Memang rasanya sulit untuk menolak permintaan anak. Tapi, kalau kita meng-iyakan kemauan anak, mereka akan merasa bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu perkara yang mudah. Padahal, balik ke point nomor dua, yang paling penting adalah anak harus tahu prosesnya. Kalau kita langsung dan selalu bilang ‘iya’, bukan tidak mungkin anak jadi terus-menerus meminta.
Sebaiknya, dilihat dulu konteks-nya apa sebelum memutuskan untuk bilang ‘iya’ ke anak!
5. Tidak membandingkan proses anak lain ke anak sendiri
Poin ini khusus untuk orang tua!
Moms or parents to be, jangan pernah membandingkan anak lain dengan anak sendiri. Walaupun anak lain misalnya berproses yang lebih daripada anak kamu, kalian tetap gak bisa secara ‘gamblang’ mengutarakan hal tersebut ke anak.
Perkataan yang kerap terujar misalnya: ‘Lho, kok kamu masih belum selesai mengerjakan PR? Dia saja sudah’. Nah, perkataan tersebut bisa masuk ke dalam otak anak dan dianggap sebagai sebuah hal yang insulting. Kalau belum selesai, kalian harus cari tahu kenapa belum selesainya, bukan malah dibandingkan dengan orang lain.
Sebagai orang dewasa, penting juga untuk tidak selalu membandingkan pencapaian orang lainnya. Mungkin kalau hal tersebut bisa memotivasi kalian, go ahead. Tapi kalau hanya bikin kalian pusing, mending fokus saja sama diri kalian serta sang anak. Pastikan semua proses tumbuh kembang anak tidak terlewatkan.
Semangat moms and parents to be!